Penerapan Pascapanen yang Baik untuk Menekan Kehilangan Hasil dan Mempertahankan Mutu Kedelai di Kabupaten Bantul DIY

Penulis

  • Nurdeana Cahyaningrum Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta
  • Irawati Irawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.30595/pspfs.v4i.494

Kata Kunci:

Pascapanen Kedelai, Kehilangan Hasil, Mempertahankan Mutu

Abstrak

Kedelai (Glycine max) merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati yang dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk olahan. Penerapan teknologi penanganan pascapanen kedelai merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi komoditas kedelai. Kehilangan hasil terjadi pada setiap kegiatan penanganan pascapanen. Kehilangan hasil dapat secara kuantitatif (susut bobot) maupun kualitatif (susut mutu). Tujuan dilakukan pengkajian penerapan teknologi pascapanen yang baik adalah untuk menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu kedelai. Pengkajian dilakukan di 5 (lima) kecamatan di Kabupaten Bantul dengan luas lahan tanam kedelai 8 hektar. Varietas kedelai yang digunakan adalah Anjasmoro yang telah bersertifikat. Teknologi pascapanen yang digunakan yaitu cara eksisting petani dan teknologi introduksi BPTP Yogyakarta. Hasil dari penerapan pascapanen kedelai baik di kabupaten Bantul yaitu kadar air kedelai sudah mencapai 10-13 %, sedangkan biasanya petani memanen ketika kadar air masih diatas 14%. Untuk kehilangan hasil saat panen mengalami penurunan 0,61%-1,18% setelah menerapkan cara panen yang diintroduksikan. Kapasitas kerja pemanen satu orang pekerja dengan cara rekomdasi mencapai 123,6-156,47 m2/jam, sedangkan cara petani mencapai 116,7-132,74 m2/jam. Untuk hasil panenan biji kedelai kering untuk lokasi demplot rata-rata mencapai 1,41 ton/ha, sedangkan cara petani hanya mencapai 1,02 ton/ha. Untuk mutu kedelai yang dihasilkan di lokasi demplot persentase butir utuh mencapai 80,15-91,53% sedang cara petani hanya 42,4%-67,54%. Untuk butir hijau panenan lokasi demplot mencapai 0,25-1,63% sedangkan cara petani mencapai 3,27-13,59%.

Referensi

BPPSDMP, 2015. Pelatihan Teknis Budidaya Kedelai bagi Penyuluh Pertanian dan babinsa. Panen dan Pengelolaan Pascapanen Kedelai.

BPS DIY. 2017. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta.

Departemen Pertanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/SP.120/3/2007 tentang Pedoman Produksi Benih Kedelai.

Ginting Erliana, IK Tastra. 2007. Standar mutu biji kedelai. Dalam Kedelai teknik produksi dan pengembangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Soemardi dan Ridwan Thahir, 1985. Pascapanen kedelai. Hlm. 429-440. Dalam S. Somaatmadja et al. (Peny.). Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.Purwadaria, H.K. 1989. Teknologi penanganan pasca panen kedelai. Ed. kedua. Deptan-FAO, UNDP. Development and Utilization of Post Harvest Tools and Equipment, INS/088/007.

Sucahyono, D. 2017. Teknologi Penyimpanan Dan Invigorasi Benih Kedelai. Buku Bunga Rampai: Teknik Produksi Benih Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. IAARD PRESS. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Suismono et al., 2014. Pengkajian Pengukuran Susut Pascapanen Kedelai. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

Diterbitkan

2022-11-28

Cara Mengutip

Cahyaningrum, N., & Irawati, I. (2022). Penerapan Pascapanen yang Baik untuk Menekan Kehilangan Hasil dan Mempertahankan Mutu Kedelai di Kabupaten Bantul DIY. Proceedings Series on Physical & Formal Sciences, 4, 130–138. https://doi.org/10.30595/pspfs.v4i.494