Induksi Pertumbuhan dan Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Antraknosa dengan Aplikasi Cendawan Endofit
DOI:
https://doi.org/10.30595/pspfs.v4i.533Kata Kunci:
Antraknosa, Asam Salisilat, Cabai, Cendawan EndofitAbstrak
Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum sp. menyebabkan gejala mati pucuk pada tanaman cabai dan selanjutnya pucuk menjadi kering berwarna coklat kehitam-hitaman. Patogenisitas Colletotrichum sangat kuat sehingga dapat menurunkan produksi cabai. Kehilangan hasil akibat penyakit antraknosa mencapai lebih dari 50% di seluruh dunia, terutama di wilayah tropis dan sub tropis. Penyakit ini juga ditemukan pada buah cabai pascapanen yang kerusakannnya dapat mencapai 50%, karena nilai estetika dari buah cabai menjadi rusak. Colletotrichum merupakan cendawan tular udara yang dapat menginfeksi bagian duan, batang dan buah. Pada saat serangan berat, seluruh bagian buah cabai akan mengering dan keriput. Tindakan budi daya yang tepat dibutuhkan untuk menjaga produksi hasil cabai tetap stabil bahkan meningkat, salah satunya dengan pemberian mikroba pemacu pertumbuhan tanaman salah satunya yaitu menggunakan cendawan endofit. Tujuan penelitian adalah untuk mengevalusi induksi pertumbuhan dan ketahanan tanaman cabai dengan aplikasi cendawan endofit. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2021 di Laboratorium Proteksi Tanaman dan greenhouse Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan empat jenis cendawan endofit, yaitu A= belum teridentifikasi, B= Rhizoctonia sp. 1, C= Curvularia sp. dan D=Rhizoctonia sp. 2 serta E=tanpa cendawan endofit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cendawan endofit memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai, namun aplikasi cendawan endofit mampu menurunkan keparahan penyakit antraknosa pada tanaman cabai. Aplikasi cendawan endofit mampu memacu pembentukan senyawa asam salisilat pada tanaman cabai.
Referensi
Fitriyah, D., Jose, C., & Saryono. 2013. Skrining Aktivitas Antimikroba Dan Uji Fitokimia Dari Kapang Endofitik Tanaman Dahlia (Dahlia variabilis). J Ind Che Acta. 3(2): 50-55.
Gunaeni, N., Wulandari, A.W., & Hudayya, A. 2015. Pengaruh Bahan Ekstrak Tanaman Terhadap Pathogenesis Related Protein Dan Asam Salisilat Dalam Menginduksi Resistensi Tanaman Cabai Merah Terhadap Virus Kuning Keriting. Jurnal Hortikultura. Vol 25(2):160-170.
Hassoon, A. S., & Abduljabbar, I. A. 2015. Peran asam salisilat pada tumbuhan. https://www.intechopen.com/chapters/70575.
Irawati, A. F. C., Sastro, Y., Sulastri., Suhartono, M. T., Mutaqin, K. H., & Widodo. 2016. Cendawan endofit yang potensial meningkatkan ketahanan cabai merah terhadap penyakit layu bakteri. J Fitopatologi Indonesia. 12(4): 133–141.
Martoredjo, T. 2010. Ilmu Penyakit Pasca Panen. Bumi aksara. Jakarta.
Mei, C., & Flinn, B.S. 2010. The use of benefical microbial endophytes for plant biomass and stress tolerance improvement. recent patents on biotechnology. 4(1): 81-95.
Pamekas, T. 2012. Mekanisme pengendalian penyakit antraknose pada buah pisang ambon Curup oleh kitosan. Disertasi. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 163 p. (Tidak diterbitkan).
Piay, S.S., Tyasdjaja, A., Ermawati, Y., & Hantoro, F.R.P. 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Jawa Tengah: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 60 hal.
Putro, N. S., Aini, L.Q., & Abadi , A.L. 2014. Pengujian konsorsium mikroba antagonis untuk pengendalian penyakit antraknosa pada cabai merah besar (Capsicum annuum L.). J HPT. 2(4): 44-53.
Ramdan, E.P., Widodo., Tondok, E.T., Wiyono, S., & Hidayat, S.H. 2013. Cendawan endofit nonpatogen asal tanaman cabai dan potensinya sebagai agens pemacu pertumbuhan. J Fitopatologi Indonesia. 9(5): 139-144.
Santoso, S.J., & Sumarni. 2013. Pengendalian hayati patogen karat daun dan antraknosa pada tanaman kedelai (Glicyne max, L. Merr) dengan mikrobia Filoplen. Jurnal Inovasi pertanian. 11(1): 35-43.
Schardl, C.L., Leuchtmann A., & Spiering, M.J. 2004. Symbioses of Grases with Seedborne Fungal Endophytes. Annu Rev Plant Biol. 55: 315-340.
Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Simatupang, E. 2009. Perbedaan Kandungan Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum dan Sesudah di masak Yang di jual Dipasar Swalayan di Kota Medan. Fkm. USU. http://www. Respository.USU.Ac.Id.
Sudarma, I.M. 2011. Epidemiologi Penyakit Tumbuhan : Monitoring, Peramalan dan Strategi Pengendalian (Buku Ajar). Fak. Pertanian UNUD, Denpasar. hal 45.
Townsend, G.R., & Heuberger, J.V. 1943. Methods for estimating losses caused by diseases in fungicide. plant diseases report. 24(1): 340-343.
Wilia, W., Wiyono, S., & Widodo. 2013. Eksplorasi Cendawan Endofit dari Tanaman Cabai yang Berpotensi sebagai Agens Biokontrol Penyakit Antraknosa (Colletotrichum acutatum L.). Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 2 (1): 9-15.
Yue, Q., Miller, C.J., White, J.F.J., & Richardson, M.D. 2000. Isolation and characteerization of fungal inhibitors from Epichloefestuacae. Journal Agricultular and Food Chemistry. 48(10): 4687-4692.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2022 Proceedings Series on Physical & Formal Sciences
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.